CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis, Segini Hartanya

loading…

Sebagai pemilik aplikasi Telegram menempatkan Pavel Durov menjadi orang terkaya nomer 120 versi Forbes. Foto/Moskow Times

JAKARTA– Miliarder pendiri aplikasi Telegram asal Rusia , Pavel Durov , telah ditangkap dan ditahan oleh polisi Prancis setelah dia tiba di Paris dengan jet pribadi, pada Sabtu.

Mengutip laporan LCI, otoritas Prancis mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pengusaha teknologi tersebut sebagai bagian dari penyelidikan awal.

Laporan itu menyatakan Paris yakin bahwa moderasi Telegram yang tidak memadai, alat enkripsinya, dan dugaan kurangnya kerja sama dengan polisi dapat membuat Durov terlibat dalam perdagangan narkoba, pelanggaran pedofilia, dan penipuan.

Dikutip dari Forbes secara real time, Senin (26/8/2024), sebagai pemilik aplikasi Telegram, Durov memiliki kekayaan USD15,5 miliar atau setara Rp239 triliun.

Namun, harta kekayaannya itu turun jika dibandingkan pada 2021 yang mencapai USD17,2 miliar atau Rp248 triliun. Tak hanya itu, dari segi peringkat Durov juga turun, dari urutan ke-112 orang terkaya di dunia menjadi ke 120.

Pria berkebangsaan Rusia ini, kekayaannya tumbuh secara eksponensial setelah aplikasi Telegram menjadi populer karena WhatsApp mengumumkan kebijakan privasi baru. Dengan adanya kondisi tersebut, menyebabkan kekayaan Durov tumbuh lebih dari 405 persen dalam setahun dari USD3,4 miliar (Rp49 triliun) pada 2020 menjadi USD17,2 miliar (Rp248 triliun) pada 2021.

Ia pernah membagikan tiga dari tujuh nasihat di platform perpesanan yang dipimpinnya itu pada usia 37 tahun.

“Saat saya berusia 37 tahun, saya menyusun daftar tiga hal yang kurang dihargai dan tujuh (3+7) hal yang dinilai terlalu tinggi atau berlebihan dalam hidup,” katanya.

Pertama dari tiga hal itu adalah tidur. Menurutnya, tidur menduduki puncak daftar hal-hal yang kurang dihargai dalam hidup. “Padahal tidur memberikan dorongan untuk kekebalan, kreativitas, dan kesejahteraan psikologis,” kata dia.

Kedua adalah alam, yang menurutnya adalah lingkungan tempat di mana secara biologis dirancang untuk merasa nyaman. Ketiga, kesendirian. “Menjadi sendiri menawarkan kebebasan untuk membuat terobosan spiritual dan intelektual,” tutur Durov.

(fch)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *