loading…
Pemimpin umat Islam ini disebut dengan ‘Khalifah’, namun saat ini kepemimpinan tersebut sudah tidak ada. Khalifah sendiri muncul setelah Rasulullah SAW meninggal dunia. Foto ilustrasi/ist
Pemimpin umat Islam ini disebut dengan ‘ Khalifah ’, namun saat ini kepemimpinan tersebut sudah tidak ada. Khalifah sendiri muncul setelah Rasulullah SAW meninggal dunia.
Menurut jurnal “Makna Khalifah dalan Al Qur’an”, Sepeninggal nabi Muhammad saw kondisi yang dihadapi kaum elit serta masyarakat Islam pada umumnya semakin kompleks, termasuk yang berkaitan dengan kepemimpinan politik masyarakat Islam yang lazim disebut khalifah.
Khalifah dikenal sebagai institusi politik untuk umat Islam. Institusi ini dipimpin oleh seorang kepala negara yang disebut khalifah yang berarti pengganti, mandataris atau deputi.
Khalifah adalah seseorang yang melanjutkan atau menggantikan kedudukan orang sebelumnya atau menggantikan kedudukan orang lain untuk melaksanakan fungsi-fungsi khilafah.
Dalam al-Qur’an dan hadis kata khalifah telah banyak disebutkan, bahkan dalam hadits hampir seluruhnya menggunakan istilah tersebut untuk status sosial dalam masyarakat. Salah satunya terletak pada Surat Al Baqarah ayat 30, Allah SWT Berfirman :
وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Dalam tafsirnya sendiri, ayat 30 surat Al Baqarah ini menjelaskan tentang menjelaskan asal muasal manusia sehingga menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa Nabi Adam. Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan.
Sebelumnya, sosok khalifah ini memang terus berganti sepanjang generasi sebelum runtuh di awal abad ke-20. Sejak saat itulah istilah khalifah saat ini sudah tidak lagi dikenal.
Runtuhnya Khalifah Islam ini terjadi pada masa Kekhalifahan Utsmani. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh gerakan nasionalis Turki, namun juga serangan kekuatan-kekuatan baru maupun lama di sekitar kerajaan.
Ketika Perang Dunia I pecah di tahun 1914, Kekhalifahan Utsmani bergabung dengan Blok Sentral bersama Kekaisaran Jerman, Austria-Hungaria, Bulgaria, dan lain-lain.
Mereka menghadapi Blok Sekutu yakni Perancis, Imperium Britania Raya, Kekaisaran Rusia, Italia, Amerika Serikat, Liga Balkan, Kerajaan Hejaz (kini Arab Saudi), dan lain-lain.
Kekhalifahan Usmani makin goyah dengan terbitnya gerakan nasionalisme di kalangan masyarakat Arab. Meski begitu, rezim Utsmani masih mencoba bertahan untuk meredam mereka dengan bantuan Jerman.
Sayangnya kala itu, masyarakat Arab juga mendapat sokongan besar dari Prancis. Perang yang berlangsung pada tanggal 19-25 September 1918 itu berakhir dengan kemenangan untuk Blok Sekutu. Dengan demikian Kekhalifahan Usmani juga kehilangan banyak teritori penting di Timur Tengah.
Utsmani yang telah menderita banyak kekalahan lantas mulai terkikis dengan kemunculan kekuatan kaum nasionalis Turki. Pada akhirnya, Kekhalifahan Utsmani dibubarkan pada 1 November 1922.
Khalifah terakhir, Mehmed VI, meninggalkan bekas daerah kekuasaannya 16 hari berselang. Majelis Agung Nasional Turki kemudian mendeklarasikan berdirinya Republik Turki pada 29 Oktober 1923 dengan Ankara sebagai ibukotanya.
Sejak itu, golongan elite pendukung kekhalifahan sudah tak punya kekuatan lagi. Upaya meyakinkan orang-orang Turki agar kekhalifahan kembali tegak direpresi dengan mudah oleh kubu nasionalis atas nama intervensi asing dan ancaman bagi keamanan nasional.
(wid)