loading…
Siti Sarah adalah sosok muslimah yang memiliki kecantikan separuh dari keindahan dunia, ia juga wanita cerdas, memesona dan saleha. Foto ilustrasi/ist
Sarah dikenal sebagai wanita terbaik pada zamannya. Selain cantik, ia juga cerdas dan memesona. Nabi Ibrahim Alaihissalam sangat mencintainya. Ia juga sangat mematuhi Sang Abul Anbiya.
Ibnu Asakir Rahimahullah meriwayatkan hadis dengan sanadnya dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “Yusuf dan ibunya (Sarah) diberi separo keindahan (Ketampanan dan kecantikan”.
Ibnu Asakir juga meriwayatkan hadis dengan sanadnya dari Rabi’ah Al-Jurasyi yang berkata,”
“Keindahan (Ketampanan dan kecantikan) dibagi menjadi dua, satu bagian untuk Sarah dan Yusuf, satu bagian lagi untuk seluruh manusia”.
Riwayat lain diceritakan Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu yang berkata:
“Allah Azza wa Jalla membagi keindahan (Ketampanan dan kecantikan) ke dalam sepuluh bagian, tiga bagian untuk Hawwa, tiga bagian untuk Sarah, tuga bagian untuk Yusuf dan satu bagian untuk seluruh manusia”.
Dari hadis tersebut tergambarkan bahwa Sarah adalah wanita tercantik di dunia dan wanita paling besar cemburunya kepada suaminya Nabi Ibrahim Alaihissalam.
Cobaan terbesar yang menimpa Sarah, taktala harus ikut dengan Nabi Ibrahim menjalankan dakwahnya. Suatu ketika, karena dakwahnya tak diterima di negeri Babilonia, Nabi Ibrahim Alaihissalam dan Sarah pindah menuju Syam. Saat itu Syam dilanda paceklik. Mereka pindah lagi menuju Mesir. Di tempat ini, kesetiaan Sarah diuji.
Pada suatu hari, seorang pejabat istana mendatangi Ibrahim dan Sarah. Melihat kecantikan parasnya, sang pejabat menyukainya. Ia segera menuju istana dan mengabarkannya pada Fir’aun . “Telah datang di negeri baginda seorang pria asing. Ia datang bersama wanita yang sangat menarik. Kecantikannya tak ada yang menandingi. Wanita seperti itu layak menjadi pendamping baginda,” ujar dia.
Mendengar kabar tersebut, Fir’aun mengutus seseorang untuk mengundang Nabi Ibrahim Alaihissalam ke istananya. Fir’aun terkenal seagai raja yang sangat zalim. Ia sangat menginginkan Sarah dan rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya. Jika mendapati perempuan itu telah bersuami, ia tak akan segan membunuh Ibrahim Alaihissalam untuk merebut Sarah.
Dalam pertemuan itu, Fir’aun bertanya pada Ibrahim. “Siapa wanita itu? Ibrahim pun menjawab, “Ia adalah saudariku.”
Mendengar jawaban tersebut, Fir’aun melepaskan Nabi Ibrahim dan meminta agar Sarah dibawa ke istana. “Dandanilah dia, kemudian kirim dia padaku agar aku dapat melihatnya,” perintah dia.
Ibrahim Alaihissalam pun pulang menemui istrinya. Ia berkata, “Sesungguhnya penguasa zalim, Fir’aun , telah bertanya kepadaku tentang dirimu. Lalu aku memberi tahu kepadanya bahwa kamu adalah saudara perempuanku.”
“Jangan memberi tahu kebohonganku kepadanya karena sesungguhnya di dalam kitab Allah, kamu adalah saudara perempuanku (dalam Islam),” kata Ibrahim.
Sarah datang ke istana. Hatinya berkecamuk. Pelayan istana telah menyiapkan semua kebutuhannya sehingga pakaiannya begitu indah. Perasaan Sarah sangat sedih. Ia enggan berpisah dengan suaminya dan takut tersentuh oleh Fir’aun yang jahat.
Sarah kemudian mengadu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia beribadah dan bersujud, kemudian mengadukan kesedihannya. Ia memohon perlindungan kepada Allah “Ya Allah, jikalah Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu, mengetahui bahwa aku menjaga kehormatanku untuk suamiku, maka janganlah kau jadikan raja kafir itu berkuasa atasku,” kata Sarah sembari menangis.
Sarah kemudian bertemu dengan Fir’aun . Melihat kecantikannya, timbul nafsu dalam diri Fir’aun . Berkali-kali sang raja ingin menyentuh Sarah, namun tangannya terasa lumpuh. Fir’aun tak mampu bergerak. Tangannya terpaku di dada.
Fir’aun kemudian berkata pada Sarah, “Aku berjanji tak akan mengganggumu. Mohonlah kepada Tuhanmu agar melepaskan tanganku. Sungguh, aku tidak akan menyakitimu.” Sarah kembali berdoa, “Ya Allah, jika benar yang ia katakan, lepaskanlah tangannya.”
Allah Ta’ala mengabulkan doanya. Tangan sang raja pun terlepas dan ia sembuh dari kekakuan tubuhnya. Namun, ia mengingkari janjinya. Ia kembali mendekati Sarah setelah tangannya dapat kembali bergerak. Kejadian yang sama pun terulang hingga tiga kali.